Leading Millennials

Para ilmuwan sudah lama mencetuskan berbagai teori tentang generasi. Namun, apakah sebenarnya yang membedakan satu generasi dengan generasi yang lainnya? Beberapa pendapat para ahli menyatakan bahwa generasi dapat terbentuk sebagai suatu kelompok saat mereka memiliki kesamaan kisaran tahun kelahiran, lokasi, dan peristiwa-peristiwa yang signifikan dalam tahap kritis perkembangan hidupnya. Hal ini bermakna bahwa perbedaan di lokasi tertentu menjadi satu faktor yang sangat krusial dalam membedakan tiap generasi, baik dalam sektor teknologi, ekonomi, politik, maupun sosial budaya. Uniknya, di era new wave seperti sekarang, dunia sudah semakin terhubung dan perbedaan batas negara menjadi hal yang kurang relevan. Di Indonesia, perbedaan peristiwa bersejarah yang paling signifikan antara generasi sebelumnya dengan Millennials adalah pada perkembangan teknologi di masa tumbuh kembang Millennials yang begitu cepat. Exposure dari demokratisasi Internet yang diikuti dengan berkembangnya perangkat teknologi digital di kehidupan sehari-hari membuat Millennials menjadi lebih familiar, dan bahkan tidak bisa lepas dari Internet.

Selalu ON, mungkin itu yang menjadi motto hidup Millennials. Hal ini berbeda dengan pimpinan generasi sebelumnya yang, walaupun sudah cukup melek teknologi, tetapi punya moto “cukup tahu saja”.Akibatnya, di tempat kerja, bisa jadi terjadi ketidaknyamanan dari perbedaan cara bekerja. Millennials yang hidup di era baru hidup lebih bebas untuk menyuarakan pendapat dan pemikiran, terkadang tanpa memperhatikan pemikiran selain dirinya. Mereka merasa memiliki otonomi atas dirinya sendiri. Dengan berbagai keunikannya, Millennials tidak boleh hanya dianggap sebagai permasalahan, tetapi justru sebagai kesempatan bagi perusahaan untuk bergerak semakin progresif dan inovatif

Mengapa begitu? Exposure informasi dan tingkat percaya diri yang tinggi adalah modal dasar para milenial untuk merancang berbagai inovasi dengan jiwa entrepreneurship. Suka tidak suka, perkembangan perusahaan di masa depan sangat ditentukan oleh peran Millennials. Survei menunjukkan, 51% Millennials membutuhkan sosok pemimpin yang dapat menjadi coach/mentor bagi perkembangan kemampuan dan karirnya. Sebagai coach, pimpinan berperan sebagai motivator, problem solver, inspirator, sekaligus pengarah Millennials untuk aktivitas kerjanya. Jika Millennials diberikannya otonomi dan kepercayaan dalam bekerja, Millennials justru menjadi lebih termotivasi dan produktif.Keinginan tinggi Millennials terhadap fleksibilitas dapat diakomodasi oleh manajer dengan adanya kebebasan waktu yang disetujui manajemen dalam melaksanakan pekerjaan. Selain itu, daya inovasi yang tinggi dari Millennials membuat mereka haus akan pencapaian dan tantangan. Manajemen perlu memiliki sistem employee recognition yang solid serta selalu membuka akses bagi Gen-Y untuk mendapatkan tantangan dan pengalaman baru. Berikut ini dapat dilihat beberapa kiat mengenai cara memimpin karyawan Millennials: 

1. Redefinisi ulang berbagai kebijakan rekrutmen dan penerimaan karyawan baru. 

2. Memberikan management training kepada para atasan yang akan memimpin Millennials 3. Perkuat kerja team/kelompok 

4. Siapkan waktu untuk feedback dan diskusi. 

5. Lakukan intensive coaching

6. Perbanyak komunikasi atau diskusi.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *