Hampir semua orang menyepakati bahwa kemungkinan organisasi akan berhasil menjadi lebih besar jika memiliki pemimpin yang hebat. Ibarat nahkoda, pemimpin yang hebat tahu persis kemana kapal diarahkan hingga mencapai tujuan. Atau seperti seorang dokter, pemimpin bisnis yang hebat juga mampu mengidentifikasi ‘penyakit’ di dalam organsiasi secara akurat untuk memastikan efektivitas pengobatan. Pemimpin bisnis juga harus mampu mendiagnosa masalah, nilai-nilai yang ada dan aspirasi dari berbagai pihak, sambil mencari solusi yang efektif. Business leadership dalam sebuah organisasi bisa disebut sebagai sebuah seni. Keanggunan dalam memimpin menjadi daya tarik bagi mereka yang dipimpin. Hal ini yang menjadi pembeda antara manajer dengan pemimpin (leader).
Menjadi seorang manajer atau pemimpin merupakan pilihan. Bahkan, bisa saja menjadi keduanya atau sama sekali bukan keduanya. Perbedaan terbesar antara manajer dengan pemimpin terletak pada bagaimana mereka memotivasi orang. Ketika mengeksekusi sebuah rencana, sebagai seorang manajer akan fokus mengawasi hasil yang akan dicapai, tidak terbatas memimpin dalam organisasi formal saja, melainkan juga organisasi informal. Seorang dianggap layak menjadi pemimpin karena disegani dan memiliki wibawa akibat dari perilaku baik dan kemampuan yang dimilikinya. Seorang pemimpin biasanya menjadi panutan bagi yang dipimpinnya. Melalui pengaruh dan karisma yang dimilikinya, ia mampu memotivasi orang untuk mengikuti arahannya.
Warren Bennis, penulis buku ‘One Becoming a Leader’ menyampaikan tiga perbedaan antara manajer dengan leader. Pertama, leader melakukan inovasi, sedangkan manajer mengelola. Seorang pemimpin memiliki ide segar dan selalu berupaya menggerakkan organisasi untuk terus melangkah. Sementara manajer, lebih fokus mengelola kondisi saat ini. Kedua, leader menginspirasi sedangkan manajer bergantung pada kontrol. Ketiga, leader bertanya ‘what’ dan ‘why’ sedangkan manajer bertanya ‘how’. Pemimpin lebih banyak bertanya apa dan mengapa ia harus melakukan tindakan-tindakan yang dilakukan. Seringkali, pertanyaan tersebut mengharuskannya menentang atasan. Sedangkan manajer, bertugas mengajukan pertanyaan ‘bagaimana’ dan ‘kapan’ guna memastikan rencana yang sesuai. Peter Drucker menulis bahwa manajer menerima status quo dan lebih seperti tentara dalam militer. Mereka tahu bahwa perintah dan rencana yang penting dan tugas mereka adalah untuk menjaga visi mereka pada tujuan perusahaan saat ini.
Meski secara konsep berbeda, baik manager maupun leader memiliki peran yang saling melengkapi. Dari tata bahasa, to manage berarti mengelola. Sedangkan to lead berarti memimpin. Dari arti literal tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin yang tidak bisa mengelola akan gagal dalam kepemimpinannya, sementara manajer yang tidak bisa memimpin akan gagal dalam aktivitas manajerialnya. Lantas apa yang harus kita lakukan agar kita bisa menjadi seorang pemimpin sekaligus manajer yang baik? Ingat, seorang pemimpin tidak lahir dalam satu malam. Tidak seperti membuat telur dadar yang bisa dibuat hanya dalam waktu beberapa menit, seorang pemimpin yang berkualitas lahir melalui sebuah proses ‘penempaan’ baik secara praktik maupun teori. Proses tersebut dapat menghasilkan strategi kepemimpinan yang sempurna dalam pengembangan bisnis. Hal lain yang tidak kalah penting bagi pemimpin bisnis yang baik adalah adaptasi yang baik terhadap perkembangan serta kecerdasan emosional dalam menghadapi setiap persoalan yang muncul. Kepemimpinan merupakan ‘seni’ menggerakkan orang lain sehingga mau bersama-sama bergerak untuk mencapai tujuan tertentu. Saat ini, dalam situasi global dan heterogenitas pekerja membuat tugas seorang pemimpin menjadi lebih menantang.
Karakter utama bagi seorang pemimpin bisnis adalah memiliki rencana kerja strategis yang jelas yang bisa dicapai dalam periode tertentu. Bicara profit, berarti bicara mengenai pelanggan. Karena itu, rencana kerja yang dibuat selalu mengacu kepada kebutuhan pelanggan. Seorang pemimpin bisnis selalu memahami apa yang dibutuhkan oleh pelanggannya. Mereka bisa menciptakan nilai tambah yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Sedikit bahasan mengenai perbedaan penting (important) dengan strategis (strategic). Penting berarti apa yang memang seharusnya kita lakukan. Jika ini tidak dilakukan, bisnis kita tidak akan berjalan. Ukuran sederhananya adalah tingkat urgency. Misalnya menjalankan SOP (Standard Operation Procedure) termasuk dalam aktivitas penting. Sedangkan strategis adalah kegiatan yang memberikan dampak yang besar. Ukurannya adalah dampak yang dihasilkan dari program yang telah terlaksana. Misalnya orang sakit. Penting baginya untuk berobat. Sementara aktivitas strategisnya dia harus berolahraga. Dalam kenyatannya, seringkali yang strategis tidak dilakukan oleh orang yang sakit tersebut. Dia hanya berobat untuk kesembuhannya. Padahal, olahraga memberikan dampak yang signifikan bagi kesehatannya.
Kembali kepada karakter utama seorang business leadership. Dalam membuat rencana kerja kita harus membuat skala prioritas. Kriteria priotitas bisa kita selaraskan dengan skala prioritas organisasi. Pada umumnya organisasi mendefinsikan kegiatan prioritas dengan mengacu kepada kualitas pekerjaan, kecepatan, ketepatan, dan efektivitas bagi bisnis organisasi. Namun demikian, yang harus diperhatikan sebelum menyusun rencana kerja adalah kita harus terlebih dulu mendefinisikan tujuan yang akan dicapai. Plan without goal is nothing. Rencana kerja tanpa tujuan yang jelas adalah sesuatu yang samar. Bayangkan jika kita diminta untuk menaiki pesawat terbang tanpa tujuan yang jelas. Apa yang akan terjadi? Disamping itu, tujuan juga membuat kita bisa mengukur efektivitas dari rencana kerja yang sudah kita buat. Selanjutnya adalah eksekusi rencana kerja yang sudah dibuat. Result come from what you do, not from what you think or what you plan. Membuat rencana itu penting, akan tetapi hanya membuatnya saja tanpa dikerjakan tidak akan menghasilkan apa-apa. So, make goal and plan, then action!