Working Model of Millennials

Pandemi Covid-19 telah mengakibatkan pengurangan mobilitas manusia. Interaksi satu sama lain menjadi terbatas dimanapun begitu pula yang dialami oleh para pekerja. Namun, tuntutan pekerjaan tidak bisa dihindari. Model Work From Home yang menawarkan fleksibilitas kepada para karyawan tidak selalu efektif untuk diterapkan. Komunikasi jarak jauh memiliki beragam kendala seperti, masalah sinyal, keterbatasan perangkat digital, dan perbedaan pemahaman akan hal yang diterangkan secara online meeting. Terutama bagi kaum Millennials, yang masih dalam fase senang bersosialisasi keadaan ini menjadi suatu ujian tersendiri. Mengatasi keadaan tersebut, terbentuklah working model terbaru bernama “Hybrid”. Model ini diharapkan dapat menjadi jalan keluar dari kekurangan model Work From Home.

Eksplorasi Penuh Motivasi

Millenials adalah golongan usia yang penuh dengan gejolak api membara. Semangat dan motivasi masih tertanam di dalam jiwanya. Jangan heran jika Millenials adalah penggila kebebasan, penyuka tantangan, dan pecinta hal baru. Para perusahaan banyak yang menyukai untuk merekrut kaum Millenials karena karakter mereka yang suka eksplor dan didukung dengan dukungan technology savvy. Millennials adalah kunci penting bagi perusahaan-perusahaan di dunia dalam melesatkan bisnis mereka ke jenjang yang lebih tinggi dan pencapaian profit yang menakjubkan. Technology savvy yang dimiliki oleh kaum Millenials merupakan nilai plus di era pandemi seperti ini. Mau tidak mau kemampuan digital harus dioptimalkan demi keberlangsungan eksistensi perusahaan. Posisi digital marketer, media social specialist, content creator, IU/UX, web development merupakan beberapa posisi yang selama pandemi berlangsung gencar untuk di-hire oleh perusahaan. Posisi-posisi tersebut sebagian besar bisa dikerjakan secara Work From Home maupun Hybrid. Oleh karena itu, banyak kaum Millenials yang mampu mengerjakan lebih dari satu jobs. Ciri khas inilah yang menjadi salah satu poin yang disajikan dalam buku Yoris Sebastian “Generasi Langgas”. Era reformasi telah menarik para Millennials untuk terus mendorong hal-hal yang berada di sekitar mereka sampai batas wajar. Kecepatan merupakan unsur utama dalam kehidupan para Millennials. Mereka telah terbiasa dengan laju perputaran yang cepat. 

Pencarian Support System

Memiliki beragam kelebihan, Millennials juga memiliki kekurangan yaitu mudah merasa bosan dan dalam berpendapat sulit mendengarkan argumentasi dari orang lain. Millennials memiliki kebebasan atas dirinya sendiri. Kekurangan ini merupakan sebuah tantangan bagi perusahaan untuk mampu mengatasinya. Jika perusahaan mampu melewati tantangan tersebut Millenials akan sepenuh hati bergerak secara progresif dan inovatif untuk membangun perusahaan. Langkah tepat untuk mengatasi obstacle dari kaum Millenials adalah menempatkan seorang coach atau mentor yang mampu memberikan arahan dan pemahaman secara halus kepada mereka. Kaum Millenials juga sangat terbuka terhadap setiap masukan yang dapat meningkatkan kualitas kinerja mereka. “Always grow-up” adalah motto hidup bagi kaum Millennials. Selain itu, komunikasi juga merupakan jembatan untuk mengatasi tantangan tersebut. Hybrid Working Model yang memadukan konsep kerja on-site dan online adalah langkah tepat untuk berkomunikasi pada kaum Millenials. Sebagai pecinta social-life akan terasa menyenangkan untuk berkomunikasi secara langsung sambil bercengkrama satu sama lain. Kepercayaan dan rasa nyaman merupakan dua hal yang sangat dipertimbangkan kaum Millenials pada dunia kerja. Dua hal itu akan menjadi dasar pencarian support system yang mampu mendongkrak semangat mereka pada posisi up and down. 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *